POLIMER-POLIMER SEMI-SINTETIK

POLIMER-POLIMER SEMI-SINTETIK

1.Polimer
Sebagian besar makromomolekul adalah polimer karbohidrat, lipid, protein, dan asam nukleat adalah empat kategori nutama senyawa organik dalam sel. Polimer merupakan molekul besar, biasanya dengan bobot molekul tinggi, terdiri dari unti kecil yang berulang.
Makromoekul merupakan polimer yaitu rantai yang terdiri dari blok-blok penyusun yang identik atau mirip yang disebut monomer. Monomer-monomer menbentuk moilekul yang lebih besar melalui reaksi kondensasi dimana molekul air dieaskan (dehidrasi).
Molekul sederhana dari unit berulang ini disebut monomer, dan proses konversi dari monomer menjadi polimer disebut polimerisasi. Polimer adalah homopolimer, kopolimer (tidak dibatasi hanya untuk dua komponen), atau campuran-campuran daripadanya yang memiliki berat molekul dari 1.000.000 sampai sekitar 100.000.000 yang tersusun dari unit ulangan kimia yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan penyusun polimer disebut dengan monomer.
Polimer terbentuk melalui suatu proses yang disebut polimerisasi. Polimerisasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Polimerisasi adisi merupakan polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap dan diikuti oleh adisi monomer. Contoh polimerisasi adisi yaitu pada pembentukan polivinilklorida (PVC) dari monomernya, vinilklorida. Polimerisasi kondensasi merupakan polimerisasi yang disertai dengan pembentukan molekul kecil, misalnya H2O dan NH3. Contoh polimerisasi kondensasi yaitu pada pembentukan polipeptida dari monomernya asam amino dengan menghasilkan H2O.
Polimer merupakan agregat yang bersifat koloid, terdiri atas banyak molekul keci. Sifat itu diperoleh karena berbagai gaya tarik yang mengikat komponen polimer menjadi satu.
Polimer terdiri atas runtunan monomer yang diulang-ulang yang dirangkaikan oleh ikatan kovalen. Bila semua satuan monomer sama, dibentuklah homopolimer. Kopolimker terdiri atas lebih dari satu macam jenis satuan monomer yang dapat disusun dalam berbagai cara.

nA → A-A-A-A-A-A=A(A)n-2A
Monomer Homopolimer

nA+nB → A-B-A-B-A-B-A-B=A(B-A)n-1B

Bilangan n menunjukan derajat polimerisasi ; yaitu jumlah molekul yang bergabung membentuk makromolekul yang khas. Kedua polimer yang digambarkan diatas merupakan susunan suatu monomer secara linier. Dalam suatu polimer linier, setiap monomer (yang bukan satuan ujung) harus membentuk suatu ikatan pada masing-masing ujungnya. Sususnan satuan secara lain menghasilka polimer bercabang. Polimer bercabang merupakan kopolimer yang mengandung beberapa satuan monomer dengan tiga atau lebih titik ikatan kovalen dengan satuan monomer yang lain.
Ikatan antara rantai polimer disebut ikatan silang atau penghubung-silang. Ikatan silang dapat terbentuk pada waktu proses pemolimeran awal atau oleh reaksi pembentukan rantai polimer yang terjadi kemudian. Gugus fungsi disepanjang rantai polimer harus diaktifkan bila pembentukan ikatan silang terjadi setelah pemolimeran awal. Dalam beberapa hal, gugus fungsi dari monomer membentuk ikatan silang; dan dalam keadaan lain haruslah dibubuhkan molejul kecil tambahan untuk memecu dan berperan dalam proses pembentukan ikatan silang.
Ciri utama yang dikaitkan dengan polimer diperoleh dari sifat dan sususnan kovalen satuan monomer. Namun ikatan kovalen tidak bertanggung jawab untuk semua sifat kebanyakan polimer yang diamati. Gaya antar molekul yang lebih lemah antara rantai polimer harus pula dipertimbangkan. Adanya ikatan hidrogen, antaraksi elektrostatik, dan gaya van der Waals diperkirakan merupakan faktor paling penting dari antaraksi yang lemah ini.
Polimer dapat terurai mmelalui proses sebaliknya yaitu hidrolisis. Variasi polimer yang sangat banyak dapat dibangun dari sekumpulan kecil monomer. Setiap kategori polimer dibentuki dari sekumpulan monomer spesifik. Meskipun organisme-oranisme merupakan jenis monomer yang sama dalam jumlah tipenya terbatas, setiap organisme adalah unik karena pengaturan spesifik monomer-monomernya dalam membentuk polimer.
Secara umum, polimer dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
a.Polimer alami
Polimer alami merupakan polimer yang berasal dari alam dan terjadi secara alami. Polimer alami sering disebut sebagai polimer biologis. Contoh dari polimer alami adalah karet alam, wol, dan selulosa.
b.Polimer semi sintetik
Polimer semi sintetik merupakan derivate dari polimer alami yang diproses lebih lanjut sehingga menjadi suatu bahan yang baru. Adapun contoh dari polimer semi sintetik yaitu eter selulosa, CMC-Na, derivate karet, derivate gom, metil selulosa, dan lain-lain
c. Polimer sintetik
Polimer sintetik merupakan polimer yang dihasilkan melalui suatu reaksi kimia tertentu. Contoh dari polimer sintetik adalah plastic, serat sintetik, asam akrilat, etilen oksida, PVC, dan lain-lain.

2.Polimer-Polimer Semi-Sintetik
Polimer semi sintetik merupakan derivat dari polimer alami atau dengan kata lain merupakan polimer alami yang mengalami pemrosesan yang lebih lanjut sehingga disebut sebagai polimer semi sintetik. Dalam hal ini, pemrosesan yang lebih lanjut, dapat dimaksudkan sebagai proses penambahan gugus lain, misalnya penambahan gugus metil pada selulosa maka akan menjadi metil selulosa, ataupun sebagai modifikasi susunan kimia dari polimer alami sehingga menjadi suatu bahan yang baru, misalnya pembuatan ban mobil dari karet alam.
a. Carboxymethylcellulose-calcium (Ca-CMC)
1.Nama Lokal
BP : Carmellose calcium
JP : Carmellose calcium
PhEur : Carmellossum calcicum
USPNF : Carboxymethylcellulose calcium
2.Sinonim
Calcium carboxymethylcellulose; calcium CMC; ECG 505: Nymcel ZSC
3.Nama Kimia dan Nomer registrasi CAS
Cellulose Carboxymethyl ether, calcium salt [9050-04-8]
4.Rumus Empiris dan Berat Molekul
USPNF 23 mendiskripsikan Ca CMC adalah garam kalsium dari polikarboksimetil eter dari selulosa.









6. Kategori Fungsional
Agen Stabilisasi; agen pelarut tablet dan kapsul disentegrasi; agen peningkat viskositas; agen pengabsorbsi air.
7. Penggunaan dalam Formulasi Farmasetik atau Teknologi
Penggunaan Ca CMC adalah dalam formulasi tablet dimana digunakan sebagai pengikat, dan disentegrasi. Meskipun Ca CMC tidak larut dalam air, efektif dalam mengembangkan tablet disintegrasi dalam beberapa waktu ketika saling kontak dengan air. Konsentrasi meningkat 15% b/b yang mungkin digunakan dalam formulasi tablet; konentrasi diatas tablet keras direduksi. Ca CMC juga dapat digunakan sebagai pelarut dan agen peningkat viskositas dalm formulasi farmasetik oral dan topikal. Ca CMC juga digunakan dalam rancangan modern untuk absorbsi air .

Penggunaan
Konsentrasi (%)
Pengikat Tablet
5 - 15
Disintegrasi Tablet
1 - 15

8. Deskripsi
Ca CMC berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan, higroskopik dan halus.

9. Pemerian
Keasaman/ kebasaan : pH 4,5-6,0 untuk 1% b/v dalam dispersi air.
Distribusi ukuran partikel : 95% dalam 73,7 µm sieve (#200 mesh)
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, kloroform, etanol 90% dan eter. Tidak larut dalam air tetapi volumenya dapat berkembang 2 kali dalam bentuk suspensi. Tidak larut dalam 0,1 mol/L HCl tetapi sedikit larut dalam 0,1 mol/L NaCl.

10.Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Ca CMC stabil, material higroskopik yang keras, dan seharusnya disimpan di tempat yang tertutup dan ditempat yang kering.

11.Cara Pembuatan
Selulosa terbuat dari bubur kayu atau serta katun yang dikaroksimetilasikan. Yang diikuti dengan pertukaran dengan garam kalsium.
12.Keamanan
Ca CMC digunakan dalam formulasi oral dan topikal, begitu juga untuk karboksimeti selulosa sodium, dan itu biasanya tentang bahan non tksik dan bahan non iritan. Sama dengan derivat selulosa yang lain, konsumsi oral besar banyaknya karboksimetil selulosa bisa memiliki efek obat usus / pencahar.

b. Cellulosa Acetate Phthalate
1.Nama Lokal
BP : Cellacefate
JP : Cellulose acetate phthalate
PhEur : Cellulosi acetas phthalas
USPNF : Cellacefate
2.Sinonim
Acetyl phthalyl cellulose; Aquacoat cPD; CAP; cellacephate; cellulosa acetate benzene- 1, 2- dicarboxylate; cellulose acetate hydrogen 1,2- benzenedicarboxylate ; cellulose acetate hydrogen phthalate; cellulosa acetate monophthalate; cellulose acetophthalate; cellulose acetylphthalate.
3.Nama Kimia dan Nomer Registrasi CAS
Cellulose,acetate, 1,2 – benzenedicarboxylate [9004-38-0]
4.Rumus Empiris dan Berat Molekul
Selulosa Asetat ftalat adalah selulosa dimana sebagian kelompok hidroksil yaitu diasetil dan esterifikasi dengan satu atau dua kelompok asam menjadi ftalat asam, dimana kelompok asam menjadi bebas.
5. Struktur Formula








6.Kategori Fungsional
Agen Penyalut.
7.Penggunaan dalam Formulasi Farmasetik atau Teknologi
Selulosa asetat ftalat (CAP) digunakan sebagai bahan salut film enterik atau matriks mengikat untuk tablet dan kapsul. CAP biasanya diaplikasikan untuk dosis solid oleh suatu penyalutan organik atau sistem pelarut kental atau penkompresan langsung. Konsentrasi biasanya digunakan sekitar 0.5 – 9.0 % dari berat inti.
CAP juga digunakan pada berbagai jenis plastik, termasuk asetilasi monogliserida butil- phthalate glikol, dibutil tartat, dietil phthalate, dimetil phthalate,etil phthalatil glikol, gliserin, propilen glikol, triasetin, sitrat triasetin, dan tripropionin. Semuanya digunakan di dalam kombinasi dengan agen penyalut lainnya seperti etil selulosa.
Secara terapetik CAP telah dilaporkan dalam percobaan aktifitas mikroba penyakit patogen seperti HIV-1 retrovirus.
8.Deskripsi
Selulosa Asetat ftalat bersifat higroskopik, putih hingga hampir tak berwarna, granul atau kasar, tidak berasa dan berbau, dapat digunakan sebagai pewangi asam asetat.
9.Pemerian
Densitas : 0. 26 g/cm3
Titik Lebur : 192o C
Bahan Pelembut : 2.22 % CAP sangat higroskopik.
10.Cara Pembuatan
Alkaki selulosa dibuat dengan beberapa tahap. Selulosa dari kayu dan fiber koton memakai larutan sodium hidroksi. Alkali selulosa bereaksi dengan sodium monokloro asetat untuk menghasilkan karboksi metilselulosa sodium dan sodium glikolat dihasilkan dari produk eter
11.Keamanan
Karboksi metil selulosa sodium digunakan untuk pemakaian oral, topikal dan formula parenteral. Ini digunakan untuk produk kosmetik, toilet dan makanan dengan tidak ada bahan beracun yang dapat menyebabkan iritasi.

c. Carboymethylcellulose Sodium (Na - CMC)
1.Nama Lokal
BP : Carmllose sodium
JP : Carmllose sodium
USPNF : Carmllosum natricum
PhEur : Carboxymethylcellulose sodium
2.Sinonim
Akuacell; Aquasorb;Blanose; cellulose gum; CMC sodium; E466; Finnfix; nymcel;SCMC; sodium carboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate; sodium CMC;Tylose CB
3.Nama Kimia dan Nomer Registrasi CAS
Cellulose, carboxymethyl ether, sodium salt [9004-32-4]
4.Rumus Empiris dan Berat Molekul
USP mendeskripsikan sodium karboksimetilselulosa merupakan garam sodium yang berasal dari sebuah polikarboksimetil eter selulosa. Berat molekulnya adalah 90000-700000.









6. Kategori Fungsional
Sebagai agen penyalut, agen stabilitas, suspending agen, tablet dan kapsul disintegran tablet pengikat, agen pengabsorbsi air.
7. Penggunaan dalam Formulasi Farmasetik atau Teknologi
Sodium karboksimetilselulosa biasa digunakan dalam bentuk sediaan oral dan topikal. Utamanya, sediaan tersebut untuk meningkatkan viskositas atau kekentalan. Larutan cairan kental digunakan untuk peningkatan serbuk pelarut, aplikasi topikal atau oral dan parenteral. Sodium karboksimetilselulosa mungkin juga digunakan pada sebuah tablet pengikat dan diintegrasi untuk stabilitas emulsi.
Dalam konsentrasi tinggi biasanya 3 – 6 % pada tingkat kekentalan sedang, digunakan untuk menghasilkan gel, yang pada dasarnya digunakan untuk pengaplikasian dan penggandaan glikol yang jarang tampak seperti gel untuk mencegal glikol kering keluar. Sodium karboksimetilselulosa merupakan salah satu penambahan bahan utama untuk melindungi bentuk dalam ilmu penyakit kulit. Dimana Sodium CMC digunakan pada sebuah adisi mukosa dan untuk menyerap bentuk eksudat atau transepidermal water dan keringat. Bahan adesi mukosa ini, digunakan pada desain produk untuk mencegah sesudah pembedahan dan mengubah pelepasan kinetik bahan aktif yang digunakan untuk membran mukosa dan memperbaiki tulang. Pengkapsulan dengan Sodium CMC dapat mempengaruhi perlindungan obat dan pengiritan obat. Mereka juga memiliki pengiriman sodium CMC digunakan pada agen sitoprotektif. Sodium CMC juga digunakan dalam bidang kosmetik, ilmu bedah, ilmu sex, dan produksi makanan.
8. Pemerian
Ketebalan : 0.52 g/cm3
Konstanta Disosiasi : pKa = 4.30
Titik Cair : kecoklatan pada kira – kira 227o C
Muatan Cairan : Dapat dianggap sebagai cirinya berisi air kurang dari 10 %. Tetapi Sodium CMC meupakan higroskopik dan artinya menyerap air sebanyak temperatur diatas 37o C yang relatif basah sekitar 80 %.
Kelarutan : praktis larut dalam aseton, etanol 95%, eter dan toluen. Air mudah didispersi pada semua suhu, pada bentuk yang murni, pada solut koloid. Kelarutan caiaran bermacam – macam tergantung derajat substitusi (DS)
Viskositas : Tingkatan atau Sodium CMC yang tersedia dalam perdagangan memiliki perbedaan kekentalan cairan, solut cairan 1 % b/v dengan kekentalan 5 – 13000 mPas (5 – 13000 cP) kemungkinan mampu tercapai. Sebuah peningkatan konsentrasi menghasilkan peningkatan pada kekentalan solut cairan, memperpanjang pemanasan pada temperatur tinggi mampu mempermanen penurunan kekentalan. Viskositas solut Sodium CMC dapat stabil dengan baik pada rentang pH 4 – 10. Jauhnya pH optimum adalah netral.
9. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Sodium CMC stabil walaupun bahannya higroskopis. Dibawah kondisi basa yang tinggi, Sodium CMC mampu menyerap air secara besar kuantitasnya. Dalam tablet, Sodium CMC dapat bergabung dengan sebuah penurunan dalam tablet pengerasan atau kekerasan dan sebuah peningkatan dalam waktu disintegrasi.
Solut cairan stabil pada pH 2 – 10, namun dapat stabil di bawah pH 2, dan kekentalan solut menurun dengan cepat diatas pH 10. Umumnya, solut menunjukan kekentalan maksimal dan stabil pada pH 7 – 9.
Sodium CMC kemungkinan steril dalam keadaan kering oleh keutamaan Sodium CMC saat temperatur 160o C dalam satu jam. Beberapa bahan materialnya dipersiapkan untuk sterilisasi, Meskipun viskositasnya menurun secara signifikan .
Larutan solut dapat disterilisasi dalam keadaan panas. Dengan demikian larutan solut juga menghasilkan viskositas yang dapat tereduksi. Setelah kesemuanya, viskositas tereduksi sekitar 25%, tetapi halini mereduksi sedikt daripada material yang steril pada `keadaan yang kering.Luasnya reduksi sama dengan berat molekuler dan menurun ketika substitusi. Sterilisasi larutan dilakukan dengan radiasi gamma dan viskositasnya tereduksi.
Larutan disimpan untuk waktu yang lama karena harus tahan dari mikroba. Bahan bubuk harus disimpan ditempat yang tertutup, dingin dan kering.
10. Inkompatibilitas
Sodium CMC inkompatibilitas dengan kuat pada larutan asam dengan beberapa garam besi dan beberapa logam atau baja, beberapa aluminium, merkuri dan besi. Namun dapat terjadi pada pH kurang dari 2 dan juga ketika dikocok dengan etanol 95%
Sodium CMC berbentuk kompleks dengan gelatin dan pektin. Sodium CMC juga dapat kompleks dengan kolagen dan mengandung beberapa protein.
11. Cara Pembuatan
Alkali selulosa tersedia dari beberapa tahap selulosa dari bubuk kayu dari serat katun pada larutan NaOH. Alkali selulosa dapat bereaksi dengan Sodium Mono Klor Asetat untuk menghasilkan Sodium CMC. Sodium klorida dan glikolat dapat dihasilkan dari produk eter.

d. Hidroksietilmetil selulosa
1.Nama lokal
BP : Hydroxyethylmethylcellulose
Ph Eur : Methylhydroxyethylcellulosum
2.Sinonim
Cellulose, 2 – Hydroxyethylmethyl ester, culminal MHEC; HEMC;
Hydroxyethyl methylcellulose, hymetellose; MHEC; Methylhydroxyethylcellulose ; tylopur MH: tylopur MHB; tylose MB; tylose MH; tylose MHB.
3.Nama Kimia dan Nama Registrasi CAS
Hydroxyethylmethylcellulose ( 9032 – 42 – 2 )
4.Rumus Empiris dan Berat Molekul
Hidroksimetil selulosa dideskripsikan dalam Ph Eur 2005 adalah bagian dari O – metil dan O – ( 2 Hidroksi etil ) selulosa. Beberapa perbedaan variasi sudah tersedia, salah satunya dapat dibedakan dengan viskositas dalam ml faskal atau 2 % b/v larutan dalam 20ºC.
5.Kategori Formulasi
Agen penyalut, suspending agen, tablet penghancur, agen penebal, viskositas – agen penebal.
6.Penggunaan dalam Formulasi Farmasetik atau Teknologi
Hidroksimetil selulosa tingkat exipient dalam produk farmasi., tablet oral, suspensi dan preparasi topikal gel. Hampir sama dengan metil selulosa, tapi dalam kelompok hidroksi metil selulosa dapat lebih cepat larut dan cairan dapat lebih toleran terhadap garam serta mempunyai temperatur koagulasi yang tinggi.
7.Deskripsi
Putih, kekuningan – putih, atau keabuan – putih, bubuk atau granul higroskopis setelah pengeringan.
8.Pemerian
Keasaman atau kealkalian : pH = 5.5 – 8.0 (2 % b/v cairan)
Bahan pelembut : ≤ 10%
Kelarutan : Hidroksimetil selulosa praktis akan larut dalam air panas (lebih dari 60o C), aseton, etanol (95 %), eter dan toluen. Praktis tidak larut dalam air dingin untuk membentuk larutan koloidal.
9.Stabilitas Dan Penyimpanan
Hidroksimetil selulosa adalah higroskopis dan seharusnya disimpan dalam keadaan atau tempat kering dan terhindar dari panas.
10.Keamanan
Hidroksimetil selulosa eksipien dalam variasi oral dan preparasi farmasetik topikal dan biasanya tampak dalam non toksik esensial dan bahan - bahan yang tidak mengiritasi.

e. Hidroxy Propyl Cellulosa
1. Nama Lokal
BP : Hydroxypropylcellulose
JP : Hydroxypropylcellulose
PhEur : Hydroxypropylcellulosum
USPNF : Hydroxypropylcellulose
2.Sinonim
Selulosa ; Hydroxypropyl ether ; E463 ; Hyprolose ; Klucel ; Methocel ; Nisso HPC ; oxypropylated cellulose.
3.Nama Kimia dan Nomer Registrasi CAS
Cellulosa, 2 – hydroxypropyl ether [(9004-64-2]
4.Nama Empiris dan Berat Molekul
PhEur 2005 dan USPNF 23 mendeskripsikan hidroksi propil selulosa adalah sebuah partikel pengganti polimer (hidroksipropil) eter sebagai selulosa hidroksi propil mengandung tidak lebih dari 0.6 % silika atau sebagai agen penyerang hidroksipropil selulosa berharga lebih dengan nomor yang berbeda dan mempunyai perbedaan viskositas.Berat molekulnya berkisar antara 50.000 – 1.250.000.








6. Kategori Fungsional
Agen penyalut, emulsi agen, agen stabilisator, agen suspensi, agen penaik viskositas.
7. Penggunaan dalam Formulasi Farmasetik atau Teknologi
Hidroksi propil selulosa dapat digunakan sebagai oral atau topikal formula.
Pada produk oral, hidroksipropil selulosa digunakan sebagai penyalut tablet, salut film dan sebagai matriks. Konsentrasi hidroksipropil selulosa berkisar 2 – 6 % b/b dalam keadaan granulasi yang kering. Bila konsentrasinya berkisar 15 – 35% b/b hidroksipropil selulosa dapat digunakan untuk produk tablet dan obat – obatan.
Hidroksipropil selulosa digunakan pada pembuatan mikro kapsul dan sebagai suspending agent. Pada tropikal formulasi, hidroksipropil selulosa digunakan sebagai produk obat mata.
Hidroksipropil selulosa dapat juga digunakan sebagai kosmetika, produk makanan sebagai pengemulsi dan penggranul.
8.Deskripsi
Hidroksipropil selulosa berwarna putih dan berwarna kuning sebagai bubuk perasa.
9.Pemerian
Kebasaan PH : 5,0 – 8,5 atau 1% b/v aqua.
Tebal : 0,5
Poin Cairan : lunak pada suhu 130 ºC atau 260 – 275 ºC
Tensi :12,5 m N/M atau 0,1 % b/v atau konten krim hidroksipropil selulosa di absorpsi di atmosfer, mengabsorpi air pada temperatur relatif. Tipikal ekuilibrium berkisar antara 25ºC atau 4 % b/b pada 50% pada keadaan basah.
Spesifikasi gravitasi : 1.2224 satu partikel : 1,0064 atau 2% b/v atau pada suhu 20ºC.
10.Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Hidroksi propil selulosa dalam bentuk bubuk dapat dikategorikan materi yang stabil, walaupun pada keadaan higroskopis sebelum kering.
Larutan hidroksipropil selulosa stabil pada PH 6-8, dengan viskositas yang relatif. Kadang – kadang pada PH yang rendah dibawah asam terhidrolisis, hasilnya pada rantai disini terjadi penurunan pada larutan viskositas. Rata – rata penurunan hidrolisis dengan penurunan temperatur dan konsentrasi ion hidrogen. Pada PH yang tinggi oksidasi alkalis alkali pada polimer dapat menurunkan larutan viskositas. Penghancuran ini terjadi akibat ketidaklarutan oksigen atau agen oksidasi pada larutan.
Kenaikan temperatur ini dapat menyebabkan viskositas larutan menurun perlahan – lahan, dan secara tiba – tiba pada suhu 45o C menyebabkan habisnya larutan hidroksipropil selulosa. Kadang – kadang proses ini reversibel pada suhu yang dingin viskositasnya dapat terjaga.
Pada level yang tinggi substitasi hidroksipropil selulosa dapat dikembangkan sebagai polimer yang resisten terhadap bakteri. Kadang – kadang larutan aqua mudah terpengaruh pada penghancuran dibawah keadaan yang keras .Produksi enzim oleh aksi bakteri, dan dapat menghancurkan larutan hidroksi propil selulosa. Oleh karena itu pada proses penyimpanan perlu ditambahkan pengawet pada larutan aqua.
Sinar ulraviolet dapat menghancurkan hidroksi propil selulosa dan larutan gula. Aqua hidroksi propil selulosa mempunyai stabilitas maksimal ketika berada pada pH 6 – 8, pada saat larutan terlindung dari sinar, panas dan mikroorganisme. Hidroksi propil selulosa harus disimpan pada tempat yang tertutup, pada keadaan dingin pada tempat yang kering.
11.Inkompatibilitas
Hidroksi propil selulosa pada keadaan larutan dapat menyebabkan inkompatibilitas dengan penggantian derivat fenol, seperti metil paraben dan propil paraben. Anionik polimer dapat menyebabkan kenaikan viskositas larutan Hidroksi propil selulosa.
Inkompatibilas Hidroksi propil selulosa dengan inorganik jenis garam tergantung pada kenaikan garam. Hidroksi propil selulosa tidak dapat mentoleransi konsentrasi yang tinggi pada material yang tidak bisa larut. Pada temperatur tinggi pada material yang tidak larut akan bersaing untuk mendapatkan air pada suatu sistem.

f. Hidroxy Propyl Cellulosa , Low-Subtituted
1. Nama Lokal
JP : Low-Subtituted hidroxypropylcellulosa
USPNF : Low-Subtituted hidroxypropylcellulosa
2. Sinonim
Hyprolose, Low-Subtituted ; L-HPC
3. Nama kimiawi dan Nomer Registrasi CAS
Cellulose, 2- hidroxypropyl ether (Low-Subtituted) [78214 - 4]
4. Rumus Empiris dan Berat Molekul :
USPNF 23 menjelaskan Hidroksi Propil Selulosa Low-Subtituted adalah Hidroksi Propil Eter dari selulosa. Ketika dikeringkan pada suhu 105o C selama satu jam mengandung tidak kurang dari 5 % dan tidak lebih dari 16 % dari grup hidroksi propoksi (-OCH2CHOHCH3) Low-Subtituted ini biasanya tersedia dalam kelas – kelas berbeda yang mempunyai ukuran perbedaan ukuran partikel dan tingkat substitusi.







6. Kategori Fungsional
Tablet dan kapsul disintegrasi ; pengikat tablet
7. Penggunaan dalam Formulasi Farmasetik atau Teknologi
Hidroksi Propil Selulosa Low-Subtituted secara lebar digunakan dalam penggunaan dosis oral. Biasanya digunakan dalam pentabletan disintegrasi dan sebagai pengikat granulasi basah. Bahan ini telah digunakan sebagai preparasi tablet disintegrasi cepat yang diproduksi oleh metode kompresi. Hidroksi propil selulosa Low-Subtituted ini telah digunakan sebagai tablet lepas lambat.
Ada beberapa kelas nomer yang mempunyai perbedaan ukuran partikel dan tingkat substitusi. Contohnya, LH-11 mempunyai tingkat substitusi sedang dan ukuran partikel terbesar dan biasanya digunakan sebagai agen anti capping. LH-21 digunakan sebagai pengikat dan disintegrator untuk tablet dalam proses granulasi basah. LH-31 adalah partikel kecil yang digunakan khususnya extrusion dalam produksi granul dan mempunyai ukuran partikel kecil yang baik. Kelas substitusi terendah LH-22 dan LH-32 dapat digunakan ketika tidak dibutuhkan pada saat pengikatan. Jika kekuatan pengikatan tinggi dibutuhkan maka kelas substitusi yang tinggi LH-20 dan LH-30 juga akan tersedia.
8. Deskripsi
Hidroksi propil selulosa Low-Subtituted ini tampak berwarna putih sampai putih kekuningan. Dan tidak berbau dan berasa.
9. Pemerian
- Keasaman / kebasaan : pH 5-7.5 untuk 1 % b/v
- Ash : 0.3 – 0.4
- Titik Lebur : ± 275o C
- Bahan Pelembut : 8 % sampai 33% dari rata - rata kelembaban 38 % sampai 95 % dari rata – rata kelembaban
- Kelarutan : praktis larut dalam etanol 95 % dan dalam eter. Tidak larut dalam larutan NaOH.
10. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Hidroksi propil selulosa Low-Subtituted stabil dalam bahan – bahan higroskopis. Bubuknya harus disimpan dalam wadah tertutup baik.
Grade
Hydroxy
Propoxy content (%)
Angel of Repose
Average particle size (µm)
Density (bulk) (g/cm3)
Density
(Tapped)
(g/cm3)

LH - 11
11
49
50
0.32
0.56
LH - 21
11
45
40
0.36
0.62
LH - 31
11
49
25
0.28
0.59
LH - 22
8
48
40
0.36
0.62
LH - 32
8
53
25
0.28
0.59
LH - 20
13
48
40
0.36
0.62
LH - 30
13
51
25
0.28
0.59

Tabel pemerian dari hidroksi propil selulosa, Low- Subtituted untuk beberapa tingkatan
11. Inkompatibilitas
Bahan – bahan alkali mungkin dapat berinteraksi. Jika formulasi tablet mengandung bahan-bahan , yang disintegrasinya yang mungkin akan meluas setelah penyimpanan.
12. Cara Pembuatan
Hidroksi propil selulosa Low-Subtituted diproduksi dengan mereaksikan selulosa alkali dengan propilen oksida dengan suhunya yang diturunkan. Reaksi selanjutnya adalah rekristalisasi dengan cara netralisasi dicuci dan digiling.
13. Keamanan
Hidroksi propil selulosa Low-Subtituted biasanya dilihat sebagai non toksik dan material yang tidak mengiritasi.
g. Metil Selulosa

1. Nama lokal
BP : methylcellulosa
JP : methylcellulosa
PhEur : methylcellulosum
USP : methylcellulosa
2.Sinonim
Benecel;Cuminal MC;E461;Metosel;metolose
3.Nama Kimia dan Nomor Regristrasi CAS
Methyl ether cellulosa
4.Rumus Empiris dan Berat Molekul
Metilselulosa adalah selulosa rantai panjang yang disubsitusi dengan approximetely 27 - 32% dari kelompok hidroksil dalam metil eter.Derajat dari metil selulosa dapat mengalami polimerisasi di dalam rentan antara 50 – 1000 dengan berat molekul (nomor dalam rentan 10.000 – 220 000 Da. Derajat substitusi di batasi dari metil selulosa di batasi rata-rata nomor dari metoksil (CH3O) semua di ikat untuk masing masing bagian hidroglukosa unit rantai panjang. Derajat substitusi juga mempunyai efek alami yang di miliki dari metilselulosa contohnya keadaan yang dapat di larutkan.
5.Rumus struktur
Struktur dapat di tunjukan dengan substitusi secara lengkap dari unit hidroksil yang sudah tersedia dan substitusi metoksil. Catatan substitusi metoksil dapat terjadi kelompok hidroksil lingkaran selulosa di posisi 2,3
6.Kategori Fungsional
Penyalutan, pengemulsi, pensuspensi disintegrasi tablet dan kapsul,pengikat tablet, peningkat viskositas.
7.Aplikasi di formulasi farmasetika atau teknologi
Metilselulosa lebih luas digunakan formulasi oral dan topikal. Dalam formulasi. Dalam formulasi tablet, derajat viskositas rendah atau sedang dari metilselulosa digunakan pengikat. Metilselulosa disimpan salah satunya serbuk basah atau dalam solut . Derajat viskositas tinggi dari metil selulosa boleh juga digabungkan formulasi tablet yang disintegrasi. Metilselulosa mungkin disimpan dalam formulasi tablet untuk menghasilkan sustained-release preparasi.
Inti tablet juga dapat digunakan spray-coated dengan salah satunya cairan atau solut oraganik yang subtitusinya tinggi sampai rendah derajat viskositas dari metilselulosa untuk menutup rasa tidak enak atau untuk memodifikasi pengeluaran obat dari kontrol obat alami granul. Lapisan metilselulosa digunakan untuk menutup inti tablet utama untuk penyalutan gulan.
Derajat viskositas rendah dari metilselulosa untuk emulsi minyak zaitun, kacang, dan minyak mineral. Bahan tersebut juga digunakan untuk pensuspensi atau bahan pengental cairan yang diberi melalui mulut. Metilselulosa biasa digunakan sebagai pengganti sirup berbasis gula atau berbasis suspensi lain. Metilselulosa menunda penurunan suspensi dan meningkatkan kontak waktu obat, contohnya antasid dalam perut.
Derajat viskositas tinggi dari metilselulosa digunakan untuk mengentalkan hasil topikal yang diaplikasikan contohnya krim dan gel.
Dalam preparat mata 0,5-1,0 % W/V dari larutan pengganti yang lebih tinggi. Derajat viskositas tinggi dari metilselulosa digunakan sebagai pembawa untuk tetes mata. bagaimanapun hipromelosa berbasis formulasi sekarang lebih untuk preparasi mata.
Pemeriksaan metilselulosa digunakan sebagian besar untuk serbuk pencahar. Digunakan untuk membantu nafsu makan dan kegemukan, tetapi disana hanya sedikit fakta mendukung efeknya.
8.Deskripsi
Metilselulosa biasanya berwarna putih, serbuknya berserat atau granul. Praktis sebagai pembau dan perasa. Metilselulosa dilabel untuk indikasi tipe viskositas (viskositas larutan 1-50 bagian).
9. Stabilitas dan keadaan
Metilselulosa serbuk stabil walaupun sedikit higroskopik. Bahan lebih besar harus disimpan dalam wadah kedap udara yang dingin atau tempat yang kering.
Larutan metilselulosa stabil untuk alkalis dan asam limbah pada pH 3-11 di temperatur ruangan. Pada pH kurang dari 3 asam dikatalisis hidrolisis dari sambungan glukosa – glukosa biasanya dan viskositas dari larutan metilselulosa direduksi. Di pemanas, larutan viskositas direduksi hingga pembentukan gel terjadi kira-kira 50 °C. Larutan metilselulosa dapat dikenakan mikrobial cepat busuk dan antimikrobial bahan pengawet dapat digunakan.
Larutan dapat juga disterilisasi oleh autoclaving, walaupun proses omo dapat mengurangi viskositas daya larutan. Perubahan dalam viskositas autoclaving dihubungkan untuk pH larutan. Larutan pada pH dibawah 4 viskositasnya direduksi oleh lebih dari 20% penyambung untuk autoclaving.
10.Inkompatibilitas
Inkompatibilitas metilselulosa dengan aminakrin hidroklorida, klorokresol, klorida merkuri, fenol, resorinol, asam tannic, nitrat perak, setilpiridinium klorida, asam p-hidroksi benzoit, p-amino benzoit, metilparaben, propilparaben, dan butilparaben.
Asam garam mineral ( terutama asam berbasis banyak) fenol dan tanin akan menjadi larutan yang mengental dari metil selulosa walaupun ini dapat dicegah oleh penambahan etanol 95 % atau glikol diasetat kompleks dari metilselulosa biasanya denga tingginya permukaan aktif bahan campuran, contohnya tetrasin dan dibutolin sulfat.
Tingginya konsentrasi elektrolit meningkatkan viskositas metilselulosa merekat dengan sendirnya untuk salting out dari metilselulosa. dengan sangat tinggi konsentrasi dari elektrolit metilselulosa dipercepat di dalam metilselulosa inkompatibel dengan pengoksidasi kuat.
11.Cara Pembuatan
Metilselulosa disiapkan dari bubur kayu atau selulosa dari perlakuan dengan alkali didapat dari metilasi alkali selulosa dengan metilklorida, hasil murni dan dasar untuk bentuk serbuk.
12.Keamanan
Metilselulosa adalah secara luas digunakan berbagai macam dari oral dan topikal, formulasi farmasetika ini juga ekstensif digunakan untuk produk dan makanan biasanya nontoksik, nonalergi, dan noniritasi.
Fungsinya sebagai konsumsi oral, metilselulosa tidak berisi atau diabsorpsi dan bahan nonkalori. Dari lebih jumlah metilselulosa dalam usus sementara meningkat dan gastrointestinal mengembung.
Pada individu normal konsumsi oral dari jumlah metilselulosa mempunyai kekuatan pencahar dari sedang sampai tinggi. Derajat viskositas tersebut yang digunakan serbuk pencahar. Gangguan esopageal biasanya jika metilselulosa tidak cukup dengan kualitas larutan. Konsumsi luas kuantitas dari metilselulosa ditambah campuran dengan absorpsi normal beberapa mineral. Efeknya merugikan didiskusikan dibawah menghubungkan sebagian besar untuk digunakan metilselulosa serbuk pencahar dan faktornya tidak signifikan ketika metilselulosa digunakan eksipien dalam preparat oral.
Metilselulosa tidak biasa digunakan untuk hasil parenteral walaupun digunakan intraartikular dan injeksi intramuskular. Percobaan dengan tikus yang diberi secara perenteral metilselulosa mungkin dapat menyebabkan glomerulonephitis dan hipertensi.








DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2007.Modified Cellulose Ether, diakses dari http://www.baustoffchemie .de/en/additives/cellulose-ether/modified.html pada tanggal 17 Desember 2007.

Anonim.2007.Process For Separating Water From Chemical Mixtures, diakses dari http://honeywell.t2h.yet2.com/t2h/page/listing?keyword=&id=5371&qid=0& sid=50& cargs= 3%25091%25090%509%2509%2509%2 509% 509241600 pada tanggal 17 Desember 2007.

Harold hard,Leslie E. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Martin, Alfred.1993. Farmasi Fisik:Dasar-dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik Edisi 3. Jakarta: UI Press.
S.H. Pine, J.B. Hendricson. 1988. Kimia Organik 2. Bandung: ITB.

PROBLEMATIK EKONOMI MAHASISIWA

PROBLEMATIK EKONOMI MAHASISIWA

Pada dasarnya ilmu ekonomi timbul sejak manusia berusaha untuk memenuhi kbutuhan hidup, baik hidup secara perorangan , berumah tangga, berkelompok, tau bermasyarakat. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan harus dipenuhinya denganal pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Kedua persoalan tersebut dapat disebabkan tidak ada keseimbangan dari keduanya, maka timbul adanya permasalahan ekonomi.

Masalah ekonomi menyangkut beribu – ribu masalah yang berhubungan dengan aktivitas konsumsi dan produksi yang terjadi di masyarakat. Setia orang mulai dari bayi, anak – anak, orang dewasa dan orang tua, semuanya mempunyai kehidupan hidup. Kebutuhan hidup tersebut, baik berupa barang – barang maupun jasa – jasa, semua harus di produsir oleh sebagian dari masyarakat. Pada hakekatnya permasalan ekonomi di masyarakat adalah sama, hanya pemecahan masalahnya yang biasanya berbeda, yaitu tergantung dari sistem ekonomi yang dianut oleh masing – masing negara. Yang dimaksud sistem ekonomi ini sendiri adalah suat mekanisme dimana sumber daya (resource) dan _ yang digunakan bersama untuk memproduksikan serta mendistribusikan berbagai jenis barang dan jasa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat . Sedangkan ilmu ekonomi merupakan sekelompok ilmu pengetahuan sosial, karena ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia atau masyarakat, dan mencoba untuk menerangkan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dalam peristiwa – peristiwa ekonomi yang terjadi di dunia. Dalam ekonomi ada pernyataan yang bersifat positif dan ada pernyataan yang bersifat normatif, artinya pernyataan yang hanya membicarakan apa yang terjadi pada masa lalu, sekarang, atau di masa yang akan datang (membicarakan fakta), dan juga ada pernyataan yang berhubungan dengan apa yang sepatutnya atau seharusnya terjadi (bersifat filosofis yang juga dilandasi penilaian pribadi seseorang). Perbedaan pernyataan tersebut adalah penting, sebab perbedaan pendapat dalam pernyataan normatif tidak dapat diselesaikan dengan menunjukan faktanya saja. Secara logika adalah tidak mungkin untuk menyimpulkan sesuatu yang positif dari yang normatif atau sebaliknya. Kejadian ekonomi atau kegiatan ekonmi langsung berhubungan dengan tingkah laku manusia, yaitu berupa fakta – fakta yang terjadi di masyarakat.

Dan permasalahan ekonomi yang akan saya bahas adalah mengenai pengaruh naiknya harga bahan bakar bagi masyarakat (konsumen) khususnya pada kehidupan mahasiswa (anak – anak kost). Contohnya, naik harga gas dan minyak tanah, harga makan (nasi dan lauk pauk) di warung – warung makan, restaurant, cafe pun juga positif naik. Menurut saya, selaku konsumen sangat keberatan naiknya harga tersebut, karena harga barang tidak menukupi dengan jumlah uang yang minim seperti anak kost. Selain naiknya harga gas dan minyak tanah, harga bensin pun naik. Bagi pengendara sepeda motor khususnya anak kost seperti saya, sangat keberatan. Karena selain memikirkan pengeluaran untuk tugas – tugas kampus, makan, kebutuhan sehari – hari, bagi saya sudah cukup rumit dan membingungkan. Apalagi ditambah dengan naiknya BBM (bahan bakar minyak) seperti bensin. Bagaimanapun juga saya membutuhkan bensin, karena selain banyak tugas – tugas kampus, jarak kost dengan kampus cukup jauh. Masalah ekonomi yang saya contohkan diatas, sama persis dengan yang saya alami.

Selain masalah naiknya bahan bakar yang berpengaruh bagi mahasiswa, saya juga akan membahas tentang alat – alat pemuas kebutuhan bagi mahasiswa. Contoh alat – alat pemuas kebutuhan bagi mahasiswa, antara lain; pakaian, celana, aksesoris(cincin, kalung, gelang, gesper, dll), sepatu, tas, dll. Peran mahasiswa sebagai perilaku konsumen sangat berpengaruh penting terhadap pasar persaingan. Para mahasiswa barang – barang yang sedang “in” atau sedang musim. Karena mahasiswa cenderung mengikuti trend yang sedang terjadi pada zamannya. Namun terkadang, jumlah permintaan terhadap barang kurang dapat dipenuhi, karena kelangkaan (scasity) dari sumber daya yang ada. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan manusia cenederung idak ada batasnya, sedangkan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah terbatas. Dengan adanya kelangkaan, maka manusia harus mengadakan pilihan (choice) atas penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut. Sumber daya yang langka tersebut berarti tidak tersedia dengan bebas di dunia ini, atau bahwa untuk, memperoleh sumber daya tersebut perlu pengoranan. Pengorbanan dapat diartikan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan atau sumber daya haru memerlukan dana, tenaga, dan waktu. Tetapi kadangkala sumber daya yang langka tersebut yang dikategorikan barang langka pada suatu saat menjadi barang bebas. Untuk mengatasi masalah konomi kelangkaan (scasity) tersebut, produsen selaku yang memproduksi atau membuat (menghasilkan) barang terlebih dahulu harus memperkirakan tingkah laku para mahasiswa selaku konsumen atau pemakai barang – barang. Memperkirakan tanggapan seseorang terhadap suatu kejadian tertentu adalah suatu pekerjaan yang paling sulit dilakukan, karena tanggapa masing – masing orang tidak sama. Meskipun demikian, tanggapan dari sekelompok orang lebih dapat diperkirakan secara tepat, tanpa melihat seorang demi seorang. Tingkah laku dari kelompok manusia cenderung untuk lebih stabil.

Untuk menciptakan alat pemuas kebutuhan tersebut perlu adanya barang dan jasa yang harus diproduksi dan memerlukan faktor produksi , serta memerlukan waktu. Dalam rangka memenuhi kebutuhan harus melalui suatu proses dan memerlukan waktu yang lama, waktu yang relatif cepat atau dapat juga memenuhi langsung pada saat diproduksi.

Tidak seimbangnya antara jumlah permintaan dari para konsumen dengan jumlah barang yang diproduksi merupakan permasalahan ekonomi atau problematik ekonomi. Problematik ekonomi tersebut selalu ada di dunia, sebab selalu dihadapkan masalah pemenuhan kebutuhan yang tidak seimbang, yaitu bahwa sepihak banyak kebutuhan yang tidak terbatas dan di pihak lain terdapatnya alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, ada 3 masalah yang harus dipecahkan, yaitu :

1.Barang – barang dan jasa – jasa apa yang harus diproduksi
2.Bagaimana barang – barang dan jasa – jasa diproduksi
3.Untuk siapa barang – barang dan jasa – jasa diproduksi

Untuk mengatasi permasalahan ekonomi atau problematik ekonomi tersebut sebagai produsen selaku penghasil atau pembuat barang dan jasa harus meperhatikan tingkah laku, dan permintaan konsumen selaku pemakai barang dan jasa tersebut.

Misalnya, saya selaku mahasiswa (anak kost) cenderung memilih atau menggunakan (memakai) barang dan jasa yang sedang trend. Selain itu, saya selaku konsumen lebih cenderung ke barang dan jasa yang baik ata bagus dengan harga relatif murah sehingga barang dan jasa tersebut sebagai alat pemuas kebutuhan tersebut dapat terjangkau. Oleh sebab itu, produsen menghasilkan jenis barang yang sama relatif murah, sehingga mudah mudah terjangkau bagi para mahasiswa khususnya anak kos selaku konsumen.

Sebagian kecil dari kalangan mahasiswa cenderung lebih memilih suatu barang yang memiliki nama dan merek yang sudah cukup terkenal. Dengan harga yang cukup tinggi (mahal). Konsumen mendapatkan kepuasan sendiri. Seperti barang yang dikonsumsi atau dipakai awet, tidak cepat rusak. Selain itu, konsumen mendapat kepuasan bahwa semua orang mengetahui merek barang yang dipakai. Akan tetapi, lagi – lagi permasalahan ekonomi yang bersangkutpautan terjadi yaitu masalak kelangkaan barang sebab barang yang di produksi terbatas. Sehingga para konsumen sulit untuk mendapatkan jenis barang yang sama. Karena adanya permasalahan ekonomi tentang kelangkaan barang, maka pasar – pasar produksi mengeluarkan suatu terobosan baru. Yaitu dengan cara membuat tiruan dengan jenis barang yang sama tetap harga yang ditawarkan dapat terjangkau , khususnya mahasiswa. Akan tetapi, sifat barang tersebut tidak awet, mudah rusak, dan banyak tiruannya. Berbeda dengan jenis barang dengan merek yang asli, sedikit atau bahkan jarang ditemukan tiruannya. Akan tetapi, sebagian besar mahasiswa lebih cenderung memilih barang yang mirip atau bahkan persi dengan barang aslinya, dengan harga terjangkau walau ditemukan banyak kelemahan – kelemahan dari barang tersebut. Mahasiswa lebih cenderung memilih barang tersebut karena mahasiswa mengalami kejenuhan atau kebosanan terhadap suatu barang. Karena mahasiswa selaku konsumen selaku mengikuti perkembangan zaman.

Karena naiknya jumlah barang – barang tersebut sebagai alat pemuas kebutuhan, sekarang banyak ditemukan pasar persaingan. Sekarang banyak ditemukan pedagang – pedagang kaki lima, kios – kios, dan lain sebagainya. Karena adanya pedagang dan kios – kios tersebut, maka terjadi keseimbangan antara permintaan dan penjualan barang. Contoh barang – barang tersebut antara lain tas, sepatu, sandal, topi, sabk, dan aksesoris lainnya. Tercapainya keseimbangan antara permintaan dan penjualan barang tersebut karena adanya kerja sama pedagang yang satu dengan yang lainnya. Keseimbangan antara jumlah barang yang ditawarkan leih besar dari yang diminta, barang tidak laku sehingga harga diturunkan. Pada harga di bawah harga keseimbangan terjadi kekurangan barang, artinya jumlah yang diminta lebih besar dari yagn ditawarkan sehingga konsumen berebutan barang sehingga harga naik. Dengan demikian, hanya pada titik tertentu terjadi keseimbangan yaitu pada harga tertentu disepakati bersama konsumen maupun produsen dengan jumlah dengan jumlah barang yang sama. Harga keseimbangan tersebut tidak akan berubah kecuali ada perubahan atau pergerakan permintaan atau penawaran. Harga akan terus turun sampai pada jumlah yang ditawarkan sam dengan jumlah yang diminta karena adanya kelebihan jumlah barang yang ditawarkan. Sebaliknya bila pendapatan konsumen berkurang akan menyebabkan pada tingkat harga yang sama konsumen akan membeli barang lebih sedikit sehingga terjadi kelebihan barang, sehingga harga akan turun sampai terjadi keseimbangan yan baru.

Hasil proses produksi atau output (barang dan jasa) perlu didistribusikan dari produsen menuju ke pasar untuk mendekati konsumen atau pembeli. Jadi secara gais besar peristriwa ekonomi meliputi proses produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi. Yang semuanya tersebut sebagai dasar dalam ilmu ekonomi.

Demikian karya tulis yang saya buat sebagai bentuk tugas ujian sisipan Pngantar Ilmu Ekonomi. Saya menyadari bahwa karya tulis ini masih belum sempurna, dan masih ada cacat celanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Saya mahluk tuhan yang biasa, tidak lari daeri kekhilafan yang membutuhkan sarana, teknik pembelajaran dan motivasi belajar merupakan faktor pentinguntkmencapai nilai yang bagus dalam ujian ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan di masa – masa yang akan datang.

PERACUNAN MAKANAN DAN INFEKSI MAKANAN

PERACUNAN MAKANAN DAN INFEKSI MAKANAN
berbagai penyakit atau infeksi yang berbeda-beda mungkin terjadi karena memekan makanan yang terkontaminasi dengan organisme pathogen. Hal ini khususnya benar untuk infeksi usus seperti E. coli enterotoksigen, kolera, disentri dan tifus. Tetapi pentakit ini disebabkan oleh patogen spesifik yang tidak yang tidak akan dijumpai pada orang yang sehat kecuali, barangkali, untuk pembawa sewaktu-waktu. Penyakit-penyakit makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya harus di anggap ada. Penyakit-peenyakit ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.
Infeksi makanan terjadi karena memakan makanan yang mengandung organisme hidup yang mampu sembuh atau bersporulasi dalam usus, yang menimbulkan penyakit. Organisme yang menimbulkan infeksi makanan meliputi C. perfringens, vibrio parahaemolyticus dan sejumlah jenis salmonella yang berlainan. Sebaliknya,peracunan makanan tidak disebabkan oleh menelan organisme hidup melainkan dengan kemasukan toksin atau substansi beracun yang di sekresi ke dalam makanan. Dalam hal yang terakhir, organisme ini mungkin mati setelah pembentukan toksin dalam makanan, tetapi apabila toksin itu sendiri tidak dimusnahkan,peracunan makanan yang hebat dapat terjadi dari memakan makanan itu. Organisme yang menyebabkan peracunan makanan mencakup S. aureus, C. botulinum, dan B. cereus.
Peracunan makanan
Staphylococcus
Peracunan makanan stafilokokus sebegitu jauh adalah bentuk yang paling umum. Peracunan ini disebabkan oleh kokus gram pusitif kecil, stafilokokus yang sama bertanggung jawab atas banyaknya masalah infeksi di rumah sakit. Organisme itu mudah tumbuh pada media hara biasa dan walaupun banyak galur memerklukan beberapa asam amino dan satu vitamin B atau lebih, galur-galur ini tidak dapat dipandang sebagai bakteri yang sukar dipelihara. Pada preparat yang diwarnai sel-selnya tampak sebagai kelompok kokus yang tidak beraturan. Ketidakteraturan ini segera memberikan namanya, yang berasal dari kata Yunani yang berarti ‘untaian buah anggur’.
Diketahui bahwa hanya sedikit orang yang membawa stafilokokus biasanya tanpa tanda penyakit. Hidung kiranya merupakan bagian tubuh tempat organisme itu hidup dan berkembang, tetapi orang-orang yang menjadi pembawa juga membawa organisme ini pada pakaian, tangan dan bagian lain tubuhnya dan juga pada bisul atau infeksi kulit. Jadi, karena lebih dari 50 persen orang dewasa membawa stafilokokus dalam hidungnya dan pada tubuhnya, dapat dianggap bahwa makanan yang di tangani secara langsung mungkin menjadi terkontaminasi dengan stafilokokus.
Stafilokokus tumbuh secara optimal pada suhu tubuh, 37oC, tetapi organisme ini akan tumbuh pula, walau lebih lambat, pada suhu dibawah 10oC. Sementara stafilokokus tumbuh, galur yang menyebabkan peracunan makanan melepaskan toksin (racun) kedalam makanan, toksin inilah yang menyebabkan timbulnya peracunan makanan. Toksin ini diberi nama umum enterotoksin karena reaksi yang hebat yang terjadi di saluran pencernaan. Satu sifat enterotoksin stafilokokus yang sangat penting ialah stabilitasnya terhadap panas. Sekali enterotoksin terbentuk, tidak mungkin dihancurkan bahkan bila makanan itu panaskan dengan menandai untuk mematikan stafilokokus yang berdaya hidup.
Bacillus cereus
Organisme ini adalah batang besar gram positif yang membentuk spora dan merupakan salah satu anggota suku bacillaceae saprofit yang paling sering terdapat dimana-mana. B. Cereus mengelurakan sejumlah enzim, seperti penisilinase, fosfolipase, enzim proteolisis, dan hemolisin, tetapi hanya relatif baru-baru ini organisme ini dikenal sebagai jasad penyebab peracunan makanan.
B. cereus mudah didapatkan dalam tanah dan pada makanan mentah dan kering, mencakup beras yang belum dimasak, sumber utama keracunan makanan B. Cereus. Spora-sporanya tidak mati selama dimasak, dan spora-spora ini tumbuh apabila nasi dibiarkan tidak disimpan di lemari es (untuk mencegah penggumpalan butiran-butir nasi). Pamanasan singkat atau penggorengan cepat tidak selalu merusak enterotoksin yang sudah berkembang, terutama toksin yang stabil panas. Diagnosis biasanya didasarkan penemuan 105 organsime per gram makanan yang dicurigai.
Pancegahan dapat dilakukan paling baik dengan pendinginan nasi dan makanan kering lain yang telah dimasak. Karena gejala timbul karena enterotoksin yang dibentuk sebelumnya, tetapi antibiotika tidak bermanfaat.
Clostridium botulinum
C. botulinum, batang gram positif yang besar dalam suku bacillaceae, adalah jasad etiologi peracunan makanan yang sangat fatal yang biasanya terjadi setelah menelan eksotoksin yang terbentuk sebelumnya yang dihasilkan oleh organisme ini sewaktu tumbuh dalam makanan.
Epidemiologi botulisme C. Botulinum tersebar dalam tanah pada dasar danau dan pada vegetasi yang membusuk, begitu banyak makanan, sayuran dan daging, terkontaminasi dengan bakteri ini.
Endespora C. Botulinum sangat resisten terhadap panas dan terhadap suhu air mendidih selama beberapa jam. Jadi, botulisme pada manusia biasanya terjadi dalam makanan yang kurang memadai disterilkannya dan ditempatkan dalam lingkungan anaerob yang disini spora yang bertahan hidup dapat bersemi dan memproduksi toksin.
Patogenesis botulisme toksin yang dihasilkan C. Botulinum adalah di antara senyawa-senyawa toksik yang paling dikenal. Telah diperkirakan bahwa 1ml cairan biakan sudah cukup untuk mematikan 2 juta mencit dan dosis letal manusia mungkin berkisar sekitar 1 μg toksin.
Pencegahan dan pengendalian botuolisme, siapa saja yang dicurigai menderita botulisme harus di beri antitoksin terhadap toksin tipe A B, dan E. Anti serum tidak dapat menetralkan toksin yang sudah pasti tetapi dapat bereaksi dengan toksin sisa yang bebas. Yang lainnya yang mungkin sudah makan makanan yang sama juga di beri anti toksin. Tidak seperti endospora organisme ini, toksin botulisme sangat labil terhadap suhu. Jadi sayuran kalengan rumahan harus dimasak selama 15 menit sebelum duhidangkan. Perlakuan semacam itu akan mengaktivasi toksin yang mungkin ada.
Botulisme luka. Botulisme luka adalah manifestasi dari keracunan ini yang jarang, keracunan ini terjadi apabila spora C. Botulinum (yang terdapat dalam tanah) dapa bersemi dan tumbuh pada luka yang terinfeksi. Toksin diproduksi, yang mengakibatkan gejala botulisme yang khas.

Infeksi makanan
Salmonella
Tipe ain keracunan makanan disebabkan oleh anggota marga salmonella. Tipe peracunan makanan ini lebih tepat disebut infeksi makanan, karena organsime yang hidup itu harus fitelan. Jenis-jenis salmonella adalah batang anaerob fakultatif gram negatif yang kecil yang dalam hal metabolisme dan morfologi sama dengan organ esachericha dan enterobacter. Akan tetapi, tidak seperti organisme saluran pencernaan, yang kita anggap sabagai flora normal saluran usus, salmonella selalu dianggap sebagai patogen potensial, bahkan bila berada pada orang yang kelihatannya sehat.
Reservoir utama bagi salmonella adalah saluran pencernaan banyak hewan, meliputi burung, hewan ternak, reptilia dan manusia. Orang menjadi terinfeksi karena kemasukan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sudah barang tentu air menjadi tercemar karena masuknya kotoran dari hewan apa saja yangmengeksresi salmonella. Infeksi melalui makanan terjadi karena masuknya daging yang terkontaminasi atau melalui tangan sebagai perantara dalam pemindahan salmonella dari sumber yang terinfeksi.
Atas dasar perbedaan serologi dalam dinding sel lipopolisakarida, terdapat ratusan serotipe salmonella yang berlainan, pada mulanya salmonella diberi nama jenis yang mempertelakan penyakit yang ditimbulkannya. Diantara jenis-jenis salmonella yang palingmenyebabkan infeksi makanan adalah S typhimurium, S. Newport, dan S. Enteritidis. Akan tetapi jenis mana saja dari ratusan jenis salmonella mungkin menyebabkan gastroenteritis pada manusia.
Clostridium perfringens
Tipe peracunan makanan yang penting yang telah dipertelakan hanya selama beberapa dasawarsa terahir disebabkan oleh C. Perfringens. C. Perfringens adalah salah satu penyebab utama infeksi luka yang berakibat gangren gas. Seperti banyak klostridia, organisme ini memproduksi berbagai ragam eksotoksin, akan tetapi , galur peracuna makanan C. Perfringens kelihatanny6a hanya memproduksi sedikit toksin alfe, sehingga mekanisme yang digunakannya untuk menimbulkan gajala-gejalanya tidak sepenuhnya diketahui. Tipe peracunan makanan seperti ini memerlukan masuknya jumlah besar organisme C. Perfringens yang berdaya hidup. Organisme ini akan membentuk spora apabila sampai di dalam usus, dan hanya pada waktu pembentukan endospora dalam usus itulah toksin peracunan makanan diproduksi. Sumber yang paling sering ialah saging atau produk-produk daging.
Vibrio parahaemolyticus
Kerang-kerangan (kerang, tiram dan kupang) mungkin merupakan sumber infeksi saluran pencernaan jika dimakan mentah atau sedikit masak. Ledakan tifus dan hepatitis A ditelusuri ke arah kerang yang diperoleh dari air yang tercemar limbah. Satu organisme, V. Parahaemolyticus,kini diketahui menyebabkan ribuan kasus gastroenteritis setiap tahun. Organisme ini tumbuh paling baik pada medium yang mengandung 4 persen NaCl dan telah diisolasi diseluruh dunia dari air pantai laut tempat ditemukannya dalam dan pada plankton yang timbuh didaerah ini. Dan akibatnya menjadi sumber infeksi makanan V. Parahaemolyticus. Makanan lain yang dituduh sebagai sumber organisme ini meliputi : tengiri, cumi-cumi, dan kepiting, dan paling sedikit 30 jenis ikan laut lainnya.

PERTANIAN ORGANIK

PERTANIAN ORGANIK

A. Pengertian Pertanian Organik
Ada dua pemahaman tentang pertanian organik yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam artian sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit sampai perlakuan pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia, semua harus bahan hayati, alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti yang luas, adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan). Dengan tujuan untuk menyediakan produk – produk pertanian (terutama bahan pangan) yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.
Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari dalam pertanian organik itu sendiri, dan dijaga hanya minimal sekali input dari luar atau sangat dibatasi. (FG Winarno 2002)

B. Prinsip – Prinsip Pertanian Organik
Prinsip-prinsip pertanian organik merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip - prinsip ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global. Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Nilai – nilai sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan pengertian luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk lainnya. Prinsip - prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan untuk generasi mendatang.
Pertanian organik didasarkan pada:
1.Prinsip kesehatan
2.Prinsip ekologi
3.Prinsip keadilan
4.Prinsip perlindungan
Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan disertai dengan penjelasannya. Prinsip – prinsip ini harus digunakan secara menyeluruh an dibuat sebagai prinsip – prinsip etis yang mengilhami tindakan.
1.Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di alam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.

2.Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus – siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan - bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan – bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian, pembangunan habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk – produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air.

3.Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan ataupun produk lainnya dengan kualitas yang baik.
Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya.
Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.
4.Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati - hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.
Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.
Karenanya, teknologi baru dan metode - metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung awab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. lmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). segala keputusan harus mempertimbangkan nilai – nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses - proses yang transparan dan artisipatif.

C.Pengembangan Pertanian Organik
Pengembangan pertanian organik harus mengacu kepada prinsip – prinsip organik (prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan dan prinsip perlindungan) agar mendapatkan hasil pangan yang bermutu serta aman dikonsumsi.
Berdasarkan pertimbangan pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia pada saat ini, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pertanian alternatif:
1.Keragaman daur-ulang limbah organik dan pemanfaatannya untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
2.Memadukan sumber daya organik dan anorganik pada sistem pertanian di lahan basah dan lahan kering.
3.Mengemangkan sistem pertanian berwawasan konservasi di lahan basah dan lahan kering.
4.Memanfaatkan bermacam – macam jenis limbah sebagai sumber nutrisi tanaman.
5.Reklamasi dan rehabilitasi lahan dengan menerapkan konsep pertanian organik.
6.Perubahan dari tanaman semusim menjadi tanaman keras di lahan kering harus dipadukan dengan pengembangan ternak, pengolahan minimum dan pengolahan residu pertanaman.
7.Mempromosikan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh pertanian untuk memperbaiki citra dan tujuan pertanian organik.
8.Memanfaatkan kotoran ternak yang berasal dari unggas, babi, ayam, itik, kambing, dan kelinci sebagai sumber pakan ikan.
Sesuai dengan prinsip – prinsip pertanian organik, ada sebuah metode pengembangan pertanian yang dikenal sebagai metode bertani ‘tanpa bekerja’ dikembangkan di Jepang oleh seorang petani Jepang yang berlatar belakang ahli mikrobiologi (mantan seorang ilmuwan laboraturium). Ada empat azas bertani alami yang dipraktikan, yaitu :
1.Tanpa pengolahan, yaitu tanpa membajak atau membalik tanah.
Tanah sebenarnya mampu mengolah dirinya melalui penetrasi akar – akar tumbuhan, aktivitas mikroorganisme, binatang – binatang kecil dan cacing – cacing tanah.
2.Tanpa pupuk kimia atau kompos yang dipersiapkan.
Kebutuhan pupuk untuk tanaman bisa dipenuhi dengan tanaman penutup tanah semisal leguminose, kacang – kacangan dan mengembalikan jerami ladang dengan ditambah sedikit kotoran unggas. Jika tanah dibiarkan pada keadaannya sendiri, tanah akan mampu menjaga kesuburannya secara alami sesuai dengan daur teratur dari tumbuhan dan binatang.
Jika tanah dibiarkan secara alami, maka kesuburannya alaminya akan naik. Sisa – sisa bahan organik dari tumbuhan dan binatang membusuk, oleh air hujan zat – zat hara masuk ke dalam tanah, diserap tanaman dan menjadi makanan mikroorganisme.
3.Tanpa menghilangkan gulma dengan pengerjaan tanah atau herbisida.
Pada dasarnya gulma mempunyai peranan dalam menyeimbangkan komunitas biologi dalam membangun kesuburan tanah. Gulma – gulma itu cukup dikendalikan ukan dihilangkan. Mulsa jerami, tanaman penutup tanah, penggenangan air sementara merupakan cara pengendalian gulma yang efektif.
4.Tidak tergantung dari bahan – bahan kimia.
Ketika praktik – praktik bertani yang tidak alami dengan pemupukan, pengolahan tanah, pemberantasan gulma maka ketidakseimbangan penyakit dan hama menjadi masalah serius. Hama dan penyakit memang tidak dipungkiri dapat memberi kerugian tetapi masih dalam batas – batas yang tidak memerlukan penggunaan zat – zat kimia (pestisida). Pendekatan yang arif adalah dengan menanam tanaman yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit pada sebuah lingkungan yang sehat. Penggunaan bahan kimia hanya efektif untuk sementara waktu, pada saatnya akan menyebabkan terjadinya ledakan hama yang lain karena keseimabangan bioligis terganggu karena penggunaan bahan kimia tersebut.

D.Kelemahan dalam Sistem Pertanian Organik
Beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam mengembangkan pertanian organik, yaitu :
a.Ketersediaan bahan organik terbatas dan takarannya harus banyak
b.Transportasi mahal karena bahan bersifat ruah
c.Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah organik
d.Hasil pertanian organik lebih sedikit jika dibandingkan dengan pertanian non organik yang menggunakan bahan kimia terutama pada awal menerapkan pertanian organik.
e.Pengendalian jasad pengganggu secara hayati masih kurang efektif jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia.
f.Terbatasnya informasi tentang pertanian organik.

E.Kelebihan dalam Sistem PertanianOrganik
a.Meningkatan aktivitas organisme yang menguntungkan bagi tanaman.
Mikroorganisme seperti rizobium dan mikroriza yang hidup di tanah dan perakaran tanaman sangat membantu tanaman dalam penyediaan dan penyerapan unsur hara. Juga banyak organisme lain yang bersifat menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman. Misalnya pertumbuhan cendawan akar (Ganoderma sp, Phytopthora sp) dapat ditekan dan dihalangi oleh organisme Trichoderma sp.
b. Meningkatkan cita rasa dan kandungan gizi.
Cita rasa hasil tanaman organikmenjadi lebih menarik, misalnya padi organik akan menghasilkan beras yang pulen, umbi – umbian terasa lebih empuk dan enak atau buah menjadi manis dan segar. Selain itu pertanian organik juga meningkatkan nilai gizi. Hasil uji laboraturium terhadap beras organik mempunyai kandungan protein, dan lemak lebih tinggi daripada beras nonorganik. Begitu pula nasi yang berasal dari beras organik bisa bertahan (tidak mudah basi) dua kali lebih lama ketimbang nasi dan beras organik. Kalau biasanya nasi akan menjadi basi setelah 12 jam maka nasi dari beras organik bisa bertahan 24 jam.
c.Meningkatkan ketahanan dari serangan organisme pengganggu.
Karena dengan penggunaan pupuk organik yang cukup maka unsur – unsur hara makro dan mikro terpenuhi semua sehingga tanaman lebih kuat dan sehat untuk menahan serangan beberapa organisme pengganggu dan lebih tahan dari serangan peryakit.
d.Memperpanjang unsur simpan dan memperbaiki struktur.
Buah dan hasil pertanian tidak cepat rusak atau akibat penyimpanan. Buah cabai misalnya akan nampak lebih kilap dengan pertanian organik, hal ini bisa dipahami karena tanaman yang dipupuk organik , secara keseluruhan bagian tanaman akan mendapat suplai unsur hara secara lengkap sehingga bagian – bagian sel tanama termasuk sel – sel yang menyusun buah sempurna.
e.Membantu mengurangi erosi.
Pertanian organik dengan pemakaian pupuk organik mejadikan tanah leih gembur dan tidak mudah terkikis aliran air. Struktur tanah menjadi lebih kompak dengan adanya penambahan bahan – bahan organik dan lebih tahan menyimpan air dibanding dengan tanah yang tidak dipupuk bahan organik. Pada tanah yang miskin bahan organik, air mudah mengalir dengan membawa tanah.

PENGERTIAN DAN PROSES PRODUKSI

PENGERTIAN DAN PROSES PRODUKSI

1.Pengertian Proses Produksi
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
2.Jenis-Jenis Proses Produksi
Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi (Ahyari, 2002). Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus (Continous processes) dan proses produksi terputus-putus (Intermettent processes).
Perusahaan menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam perusahaan terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai proses produksi akhir. Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat urutan atau pola yang pasti dari bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu berubah (Ahyari, 2002).
Penentuan tipe produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti: (1) volume atau jumlah produk yang akan dihasilkan, (2) kualitas produk yang diisyaratkan, (3) peralatan yang tersedia untuk melaksanakan proses. Berdasarkan pertimbangan cermat mengenai faktor-faktor tersebut ditetapkan tipe proses produksi yang paling cocok untuk setiap situasi produksi. Macam tipe proses produksi dari berbagai industri dapat dibedakan sebagai berikut (Yamit, 2002):
a.Proses produksi terus-menerus
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
b.Proses produksi terputus-putus
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses.
c.Proses produksi campuran
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh.

Persediaan Bahan Baku

1.Pengertian Fungsi dan Jenis-Jenis Persediaan.
Pengendalian persedian merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena persediaan fisik banyak melibatkan investasi rupiah terbesar. Menurut Handoko (2000), bila perusahaan menamankan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “Opportunity Cost” (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan”. Sebaliknya, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang cukup dapat mengakibatkan biaya-biaya karena kekurangan bahan.
Istilah persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumberdaya internal ataupun eksternal ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
Fungsi-fungsi persediaan antara lain (Handoko, 2002) :
a.Fungsi Decoupling
Fungsi persediaan ini operasi-operasi perusahaan secara internal dan ekstrenal sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan langanan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuation Stock.
b.Fungsi Economis Lot Sizing
Persediaan berfungsi untuk mengurangi biaya-biaya per unit saat produksi dan membeli sumberdaya-sumberdaya. Persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko kerusakan).
c.Fungsi Antisipasi
Persediaan berfungsi sebagai pengaman bagi perusahaan yang sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang. Persediaan ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.
Persediaan ada berbagai jenis. Setiap jenisnya mempunyai karakteristik khusus dan cara pengelolaannya juga berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas (Handoko, 2002):
a.Persediaan bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang berwujud mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
b.Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased paris), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi produk.
c.Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
d.Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
e.Persedian barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.


2.Peranan Persediaan
Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikan kepada pelanggan. Persediaan bagi perusahaan, antara lain berguna untuk:
a.Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
b.Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
c.Mempertahankan stabilitas atau kelancaran operasi perusahaan.
d.Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
e.Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.
f.Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan pengunaan atau penjualannya.
Persediaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan karena berfungsi menggabungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Adanya persediaan, dapat memungkinan bagi perusahaan untuk melaksanakan operasi produksi, karena faktor waktu antara operasi itu dapat dihilangkan sama sekali atau dimininumkan (Assauri, 1999).

C.Arti Penting Persediaan Produk Jadi

Setiap perusahaan mempunyai kebijaksanaan yang berbeda-beda dalam menentukan tingkat persediaan produk jadi. Tujuan adanya persediaan produk jadi adalah untuk meredam fluktuasi permintaan. Persediaan dapat difungsikan untuk memenuhi kekurangan pasokan produk jadi di pasaran sebagai akibat permintaan yang disimpan perusahaan. Oleh karena itu tingkat persediaan produk jadi yang ditetapkan manajemen perusahaan memegang peran yang sangat penting dalam menjaga kestabilan pemasokan produk ke pelanggan (Kusuma, 1999).
Fluktuasi permintaan dapat dipenuhi dengan persediaan barang yang diproduksi pada saat sepi, dan persediaan tersebut digunakan pada saat permintaan ramai. Biaya persediaan mencakup asuransi, beban bunga, kerusakan, serta pajak. Akumulai persediaan dan produksi yang tidak memenuhi permintaan, akan menyebabkan biaya sebagai akibat pembatalan pesanan dan ketidakpuasan pelanggan (Kusuma, 1999).

Tingkat Produksi Optimal

Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan (Yamit, 2002). Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimun. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1.Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
2.Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3.Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.

D.Penentuan Volume Produksi yang Optimal dengan Metode
Economic Production Quantity (EPQ)

Persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar. Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume produksi dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya minimal. Menurut Yamit (2002), permasalahan itu dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ). Metode EPQ dimaksudkan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal, dalam artian cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut:
a.Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
b.Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
Menurut Handoko (2002), biaya persiapan produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan sebelum produksi berlangsung. Biaya ini timbul karena perusahaan memproduksi sendiri bahan baku yang akan digunakan. Biaya ini terdiri dari : (1) biaya mesin-mesin menganggur, (2) biaya persiapan tenaga kerja langsung, (3) biaya scheduling, (4) biaya ekspedisi dan sebagainya.
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan diantaranya :
a.Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
b.Biaya modal (opportunity cost of capital)
c.Biaya keusangan
d.Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
e.Biaya asuransi persediaan
f.Biaya pajak persediaan
g.Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
h.Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.
Kedua jenis biaya tersebut mempunyai hubungan dengan tingkat persediaan. Biaya persiapan produksi berbanding terbalik dengan tingkat persediaan. Biaya penyimpanan berbanding lurus dengan tingkat persediaan (Siagian, 1997). Semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk persiapan produksi, tingkat persediaan semakin kecil dan sebaliknya. Bila biaya penyimpanan semakin besar, tingkat persediaan semakin besar atau sebaliknya.

Pengaruh tingkat konsumsi BBM masyarakat terhadap cadangan ENERGI nasional

Pengaruh tingkat konsumsi BBM masyarakat terhadap cadangan ENERGI nasional
Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan kian berkembang kegiatan ekonomi dan kian bertambah jumlah penduduk. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan pertumbuhan ekonomi terus berlangsung yang ditunjukkan oleh kian bertambah output serta beragam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat, maka peningkatan kebutuhan energi adalah suatu hal yang tak bisa dihindari. Berdasarkan pemaparan Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi dalam diskusi di Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI pada tahun 2004, dinyatakan bahwa pada tahun 1970, konsumsi energi primer hanya sebesar 50 juta SBM (Setara Barel Minyak). Tiga puluh satu tahun kemudian, tepatnya tahun 2001 konsumsi energi primer telah menjadi 715 juta SBM atau mengalami pertumbuhan yang luar biasa yaitu sebesar 1330% atau pertumbuhan rata-rata periode 1970-2001 sebesar 42.9%/tahun.
Di tengah cadangan energi yang kian menipis, khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM), maka jelas keadaan ini sangat mengkhawatirkan. Dalam situasi seperti ini, maka memahami pola konsumsi energi yang dilakukan oleh masyarakat adalah suatu keharusan dan menjadi hal penting bagi pemerintah sebagai regulator dan pengendali kebijakan dalam perekonomian khususnya dalam membuat kebijakan dan aturan-aturan di bidang energi. Selain itu, juga bagi masyarakat sebagai konsumen untuk turut serta dalam upaya menghemat dan mendiversifikasi pemakaian energi.
BBM masih merupakan energi utama yang dikonsumsi oleh masyarakat. Persentase konsumsinya terhadap total pemakaian energi final merupakan yang terbesar dan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 konsumsi BBM sebesar 169.168 ribu SBM, angka ini adalah 40.2 % dari total konsumsi energi final. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 2000, konsumsinya meningkat menjadi 304.142 ribu SBM, dimana proporsi konsumsinya pun turut meningkat menjadi 47.4 %. Proporsi pemakaian BBM yang tinggi terkait dengan keterlambatan upaya diversifikasi ke energi non minyak akibat harga BBM yang relatif murah karena masih mendapat subsidi dari pemerintah. Kebijakan pemberian subsidi BBM ini dimulai sejak tahun anggaran 1977/1978 dengan maksud untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional melalui penciptaan stabilitas harga BBM sebagai komoditas yang strategis. Namun dalam perjalanannya subsidi BBM ini ternyata menimbulkan masalah tersendiri. Masyarakat cenderung boros menggunakan BBM dan ada indikasi bahwa alokasi subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi yang seharusnya tidak perlu mendapatkan subsidi.
Dilihat dari sisi pemakai BBM, sektor transportasi merupakan pemakai BBM terbesar dengan proporsi setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Kemudian di susul oleh sektor rumah tangga, sektor industri dan pembangkit listrik. Sedangkan, jika dilihat ketersediaannya, selama ini kebutuhan BBM dipasok oleh Pertamina dan impor. Beberapa jenis energi BBM yang sebagian penyediaannya melalui impor adalah avtur, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar.
Satu hal yang mengkhawatirkan adalah bahwa ada kecenderungan impor BBM kian meningkat. maka bukan tidak mungkin suatu saat Indonesia akan mengimpor sepenuhnya kebutuhan BBM bila upaya mendiversifikasi pemakaian energi non BBM tidak dilakukan secara serius. Pada tahun 1992 pemakaian BBM sebagai energi final sebesar 201.577 ribu SBM. ternyata kilang dalam negeri hanya mampu memasok sekitar 167.944 ribu SBM. sehingga harus mengimpor sekitar 33.633 ribu SBM atau bila dirata-ratakan setiap harinya harus mengoimpor BBM sebanyak 92.145 SBM. Angka impor BBM ini terus meningkat hingga mencapai 107.935 ribu SBM pada tahun 2003 atau sekitar 32.75 % dari total konsumsi BBM dalam negeri.
Konsumsi BBM di sektor Industri
Konsumsi BBM oleh sektor industri senantiasa mengalami kenaikan. Peningkatan terbesar terutama terjadi pada jenis minyak solar. minyak bakar dan minyak tanah. Namun memasuki tahun 1998 konsumsi BBM sektor industri mengalami penurunan sebesar 4.3%. Hal ini berlanjut hingga tahun 1999 dimana konsumsinya turun sebesar 6.2%. Terjadinya penurunan ini merupakan efek dari krisis ekonomi yang mulai melanda pada pertengahan tahun 1997. Sejak krisis ekonomi, banyak industri yang menghentikan produksinya, sementara yang lain walaupun tetap berproduksi namun dengan kapasitas yang lebih rendah dari sebelumnya. Kejadian seperti ini banyak terjadi pada industri makanan dan minuman, industri tekstil, pakaian jadi, industri kulit, dan barang dari kulit. Memasuki tahun 2000 konsumsi BBM di sektor industri kembali meningkat, bahkan pertumbuhan nya terbilang tinggi yaitu 23.5 %.
Dalam lingkup mikro perlu diwaspadai bahwa peningkatan pemakaian energi di sektor industri dalam beberapa tahun terakhir bukan hanya terjadi karena proses transformasi struktural yang cepat dari pertanian ke industri saja. Namun lebih jauh dari itu diduga karena terjadi pemborosan pemakaian energi di sektor ini. Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 telah membuat kurs rupiah terdepresiasi sangat tajam. Keadaan ini sangat memukul industri dalam negeri yang selama ini masih memiliki ketergantungan yang besar terhadap mesin-mesin produksi impor, sehingga banyak diantara mereka yang tak mampu untuk meng-upgrade mesin-mesin produksinya. Sehingga banyak yang beroperasi hanya mengandalkan mesin-mesin tua yang tentu saja sangat boros bahan bakar. Indikasi ini bisa dilihat dari nilai intensitas energi pada tahun 1997 yaitu 4.196, nilai ini mengalami lonjakan yang cukup besar dari tahun 1996 yang hanya 2.637. Intensitas energi yang kian besar berarti bahwa pemakaian energi kian tidak efisien. Bila dilihat hubungan nilai tambah sektor industri dengan pemakaian energi, ternyata sebelum dan sesudah krisis ekonomi mengalami perubahan. Pada masa sebelum krisis ekonomi. pertumbuhan nilai tambah lebih besar dari pertumbuhan pemakaian energi. Namun semenjak tahun 1998, yang terjadi sebaliknya, pertumbuhan pemakaian energi lebih besar dari pertumbuhan nilai tambahnya. Hal ini khusus terjadi pada industri makanan, industri tekstil, industri kertas, dan industri kimia.
Selain itu ada dugaan bahwa pemakaian energi di sektor industri lebih besar dari data yang disajikan oleh departemen energi dan sumber daya mineral. Selama ini konsumsi energi di sektor industri khususnya untuk BBM dicatat dengan pendekatan dari sisi supply yaitu berdasarkan pasokan langsung dari Pertamina. Padahal kalau kita menyimak berita di media massa. ternyata selama ini banyak penyelewengan penggunaan BBM oleh sektor industri yaitu berupa pengalihan jatah BBM rumah tangga ke sektor industri. Hal ini terjadi karena adanya disparitas harga yang cukup besar. dimana BBM untuk sektor industri sudah tidak mendapat subsidi lagi dari pemerintah. Jadi sebenarnya intensitas energi di sektor industri yang menunjukkan tingkat efisiensi pemakaian energi akan lebih besar dari angka yang ada.
Berdasarkan fakta diatas, kita sebagai konsumen harus bijak dalam menggunakan BBM. Apalagi keadaan ekonomi dalam negeri yang memprihatinkan, semakin memperburuk keseimbangan alur – alur perdagangan. Dengan demikian sebagai masyarakat yang mengerti akan pentingnya meghemat BBM sebagai sumber energi yang jumlahnya terbatas, maka perlu dikembangkan energi alternatif.
Kebijakan penghapusan subsidi BBM pada tahun 2005 merupakan momentum yang tepat bagi pemerintah untuk mengembangkan batubara sebagai energi alternatif yang prospeknya cukup menjanjikan. baik dilihat dari cadangan yang melimpah maupun dari harga yang relatif lebih murah dibanding BBM. Sebagai contoh bila digunakan di sektor listrik, batubara lebih murah dibanding BBM. Pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang menggunakan solar, harga listrik mencapai Rp 500 per KWh. Sementara menggunakan batubara biayanya hanya sekitar Rp 50 per KWh. Jadi bisa menghemat biaya kurang lebih Rp 30 milyar per tahun.
Peluang untuk mengembangkan energi alternatif masih sangat terbuka lebar. Batu bara dan gas bumi merupakan energi alternatif yang bisa dikembangkan sebagai substitusi BBM di sektor rumah tangga. industri dan transportasi dengan prospek menjanjikan. baik dilihat dari cadangan yang melimpah maupun dari harga yang relatif lebih murah dibanding BBM. Langkah pemerintah dalam menghapuskan subsidi BBM pada tahun 2005 merupakan momentum yang tepat untuk menggiatkan pengembangan energi alternatif. Untuk merangsang sektor swasta berpartisipasi lebih jauh dalam mengembangkan energi alternatif mulai dari hulu sampai hilir, maka pemerintah perlu memberikan kemudahan, keleluasaanm, dan insentif bagi perusahaan-perusahaan yang berminat untuk mengembangkan energi alternatif. Sementara untuk mendorong masyarakat dalam menggunakan energi alternatif, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat secara menyeluruh dan intensif.

pENGARUH MEDIA CETAK TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF REMAJA PUTRI

pENGARUH MEDIA CETAK TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF REMAJA PUTRI

Di abad 21 ini perkemangan media baik cetak maupun elektronik mengalami kepesatan. Keberadaan media cetak pun tengah berjaya. Begitu banyaknya bermunculan koran, koran, dan tabloid majalah baru dengan beragam segmentasi. Dari berbagai segmentasi yang ditawarkan, yang paling mendominasi yaitu media yang ditujukan untuk remaja putri khususnya majalah.

Media telah memberikan informasi sekaligus manfaat. Tapi sayangnya, ada beberapa majalah yang secara tidak langsung melakukan sebuah pembodohan kepada kaum hawa yang belum matang.

Apa sih yang ingin ditawarkan oleh majalah itu kepada remaja putr? Menurut pengamatan, media itu memberikan segala informasi yang dibutuhkan remaja putri, untuk membantu proses pembentukan dirinya. Namun yang terjadi bukan suatu arahan untuk membentuk diri mereka sendiri, tapi suatu ajakan yang memicu remaja putri menjadi sosok yang dianggap “normal” dan ideal menurut majalah tadi.

Hampir semua isi artike di majalah remaja putri menekankan kepada masalah pementukan pribadi agar percaya diri atau be yourself mengajarkan, inner beauty adalah nomor satu setelah kecantikan fisik. Lucunya, tulisan ini menjadi terlihat bodoh, karena pada sisi lain majalah itu justru memberikan tips agar mencoba teknik bagi rambut yang tidak lurus. Penulis salah satu korban pembodohan ini dengan membiarkan rambut menderita akibat proses reonding.

Iklan yang ditawaran juga memperkuat para remaja putri untuk mengubah dirinya menjadi sosok ideal (dari segi fisik), yang digambarkan oleh si majalah yaitu cantik, berbadan langsing, kulit putih serta rambut lurus panjang. Bahkan model yang biasa menghiasi majalah itu pun, kebanyakan refleksi cantik ideal dengan ketiga poin diatas.

Ini bisa menjadi hal yang mengkhawatirkan jika remaja putri termakan hal – hal yang ditawarkan, dan menggunakan segala cara agar bisa menjadi sosok “sempurna”.

Terkadang majalah remaja putri saat ini hanya menampilkan realitas hidup remaja di kota besar metropolis. Ini bisa dilihat dari rubrik tren atau mode yang ditampilkan. Misalnya, ulasan tren nongkrong di coffe shop dikalangan anak muda saat in. Tampat yang direkomendasikan pun sering kali termasuk kategori high class, yang mana harga secangkir kopi bisa mencapai Rp 30.000,00

Mungkin tidak akan menjadi masalah bagi remaja yang memang mamp. Tapi bagaimana bagi remaja yang biasa – biasa saja dan ingin sekali mencoba agar bisa dibilang anak gaul dan mengikuti tren. Bisa – bisa mereka menggunakan jalan yang salah demi mendapat uang tambahan, agar bisa dipakai modal untuk menjadi seorang anak gaul zaman sekarang

Hal – hal seperti ini ditakutkan dapat menjerumuskan remaja ke dalam budaya hedonisme, dan menjadi kurang peka terhadap lingkungan sekitar yang kondisinya memprihatinkan. Teantunya, penulis dan semua warga tidak mau jika para remaja khususnya putri tumbuh menjadi generasi yang cuek dan masa bodoh dengan masalah yang dihadapi negara ini.

Memang majalah itu juga mengajarkan peduli terhadap lingkungan sekitarnya tapi porsinya sedikit sekali, dan belum seimbang dibanding ajarannya seputar tren dan tips untuk menjadi remaja masa kini. Pemodohan remaja putri juga tidak hanya terjadi di media cetak, tapi juga elektronik. Sinetron remaja yang ditayangkan kebanyakan hanya menjual mimpi dan kurang mendidik.

Kekhawatiran yang muncul dari perilaku konsumtif dan menganggap penampilan adalah segala – galanya tanpa memikirkan keadaan sebenarnya. Media begitu gencarnya memberi hanya satu pilihan ideal yang tidak mungkin dapat dicapai semua remaja, akibatnya remaja putri ragu atas pendiriannya dan tida ada jalan lain selain mengikuti arus tren.

Sebenarnya masalah ini masalah ini dapat dihindari jika remaja putri lebih bersikap kritis terhadap media, sehingga mereka menyadari apa yang menurut mereka baik dan pas untuk dirinya sendiri. Hanya saja, remaja kita belum banyak mendapat wawasan yang lebih mengenai sikap kritis dalam menghadapi media ini.

Karena itu media massa sebagai agen sosialisasi yang paling efektif, diharapkan bisa memberikan muatan yang sehat serta mendidik dan bukannya membodohi remaja putri dala sajiannya. Agar harapan ini bisa berhasil, pemerintah harus peduli dan berperan aktif dalam menjalankan sistem penyiaran yang baik dan berpihak kepada kepentingan publik.

Membaiknya perekonomian di Indonesia, salah satunya ditandai dengan semakin banyaknya iklan yang menawarkan barang dan jasa. Iklan-iklan tersebut terkadang membuat konsumen tergoda terutama remaja, padahal apa yang ditawarkan oleh iklan belum tentu cocok. Perilaku konsumtif yang ditunjukkan oleh remaja terkadang hanya untuk menunjukkan gengsi bukan karena kebutuhan.

Belanja, adalah kata yang sering digunakan sehari-hari dalam konteks perekonomian, baik di dunia usaha maupun di dalam rumah tangga. Namun, belanja atau shooping tampaknya suda berkembang, artinya menjadi suatu cermin gaya hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu. Bahkan, fenomena saat ini umumnya yang doyan belanja adalah remaja. Memang tidak semua yang pergi ke mall untuk berbelanja disebut berprilaku konsumtif. Kata konsumtif disini menjelaskan keinginan mengkonsumsi barang (yang sebenarnya kurang dibutuhkan) secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal. Perhatikan teman-teman di sekitar kita, tidak sedikit yang membeli tas, sepatu, ataupun baju hanya karena ikut-ikutan. Fungsi dan penting tidaknya barang-arang tersebut dinomor duakan.

Perilaku konsumtif berbahaya atau tidak, tergantung situasi dan kondisi. Kalau perilaku konsumtif didukung oleh persediaan dana yang cukup, tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah kecenderungan berperilaku konsumtif (yang sebenarnya cukup wajar di kalangan remaja) yag dilakukan secara berlebihan Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan mancari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi sama dengan oamg lain yang sebaya, itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut. Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memeandang bahwa atribut yang super fisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi.

Menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih besar pasak daripada tiang” berlaku disini. Terkadang apa yang dituntut oleh para remaja diluar batas kemampuan orang tua. Hal ini menyebabkan banyak orang tua mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal ini, perilaku tadi tlah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya. Perilaku konsumtif ini terus mengakar dalam gaya hidup remaja. Mereka akan berkembang menjadi orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif.

Bagi produsen, kelompok ini adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk dari usia remaja. Disamping itu, biasanya remaja mudah terbujuk oleh rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis dan cenderung boros dalam menggunakan uang. Sifat-sifat remaja ini yang sering dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.

Memang susah menolak keinginan untuk memiliki barang-barang yang diiklankan di media. Televisi yang sarat iklan menawarkan berbagai produk. Belum lagi majalah-majalah remaja yang semakin banyak, dan semuanya secara perlahan-lahan namun pasti menuntun kita pad audaya konsumer. Contoh paling gampang adalah ponsel. Kalau dulu ponsel memang berfungsi sebagai alat komunikasi dan hanya dimiliki oleh kalangan pengusaha. Namun saat ini, ponsel telah menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi masyarakat. Bahkan, ponsel dianggap bisa meningkatkan prestise atau nilai diri seseorang sehingga tidak dicap ketinggalan zaman.

Perilaku konsumtif tidak hanya berdampak pada ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial, bahkan etika. Tidak sedikit dari kita yang frustasi karena orang tua tidak mampu memenuhi segala keinginan kita. Karena itu, mestinya kita bersiap diri terhadap trpaan informasi yang mrnggiring kita ke dalam budaya konsumtif. Pilih-pilih dahulu sebelum membeli barang. Kalau bisa, kita mulai deh pola hidup sederhana dari sekarang. Kita belajar membuat buget untuk serua kebutuhan. Kalo memang tidak penting untuk dibeli, uangnya ditabung saja. Lebih bagus lagi kalau kita bisa membuat usaha sendiri atau bareng teman-teman. Jadi tidak minta orang tua saja. Kalau kita sudah menjadi remaja mandiri. Pasti kita lebih tau bagaimana menyikapi perkembangan zaman yang semakin pesat.
Dikalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti ode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja merasa tidak puas dengan apa yang dimilikiya.

Dari sejumlah hasil penelitian ada perbedaan antara pria dan wanita. Juga terdapat sifat yang berbeda antara pria dan wanita dalam perilaku membeli. Perbedaan tersebut adalah:
Wanita :
1.Mudah terpengaruh bujukan iklan atau penjual
2.Sering tertipu karena tidak sabaran dalam memilih barang
3.Mempumyai perasaan kurang enak bila tidak membeli sesuatu setelah memasuki toko
4.Kurang menimati kegiatan berbelanja sehingga sering terburu-buru mengambil keputusan membeli
Pria :
1.Lebih tertarik pada warna dan bentuk
2.Tidak mudah terbawa arus bujukan penjual
3.Menyenangi hal-hal yang romantis daripada objektif
4.Cepat merasakan suasana toko
5.Senang melakukan kegiatan belanja walaupun hany window shopping (melihat-lihat saja tanpa membeli)

Daftar ini masih dapat diprtanyakan apakah memang benar ada gaya yang berbeda dalam membeli antar pria dan wanita. Selain itu, penelitian-penelitian yang telah dilakukan belum mendapatkan hasil yang konsisten apakah remaja pria atau wanita yang lebih banyak memdelanjakan uangnya. Ada hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap iklan di televisi dengan perilaku konsumtif.

Gaya hidup konsumtif seperti ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi aabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala cara yang tidak sehat. Mulai dari pola kerj yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi.